Post Perdana, Akhirnya (Malawi)

Akhirnya, aku berhasil menuliskan post pertama di blog ini. Selama dua tahun ini aku selalu mengikuti cerita carita seru yang inspirative dari teman teman volunteer vso disini. Setiap kali ada post baru, dengan semangat 45 aku membacanya, berhayal seandainya aku ada disana, belajar tentang hidup dibagian dunia yang lain,  berharap suatu saat aku juga bisa seperti mereka yang berjalan mengikuti kata hati dan kaki yang melangkah jauh. Meninggalkan semua kenyamanan di rumah, keluarga, orang tercinta, teman-teman dan kemudahan kemudahan yang mungkin tidak akan ditemukan di tempat itu.

Selama dua tahun ini aku hanya berhayal bahwa aku juga akan menuliskan sesuatu diblog ini. Berbagi dan menginspirasi teman-teman seperti ku diluar sana. Namun kehidupan di Bali mengikatku. Aku hidup terlalu nyaman. Dengan posisi yang bagus, salary yang terbilang banyak untuk hidup enak, teman teman yang mencintaiku, akses yang mudah ke “living a teenage dream” dengan clubbing, salsa dan pool partying, akses ke kelas yoga bergengsi di yoga barn yang hampir hampir gratis setiap minggu, dan pantai pantai yang cantik itu, sungguh aku tidak ingin meninggalkannya.

Hingga suatu hari aku tersadar bahwa kenyamanan itu bisa menjadi boomerang yang menjatuhkanku. Budha sendiri berkata tidak ada yang permanen. Jadi sebelum aku kecewa dan bosan aku memutuskan untuk mengiyakan tawaran vso untuk placement sebagai district climate change coordinator di Karonga, Malawi. Meskipun itu berarti, aku harus memutuskan kontrak dengan Caritas Switzerland tempat aku belajar dan bertumbuh, harus puas dengan danau malawi dengan harapan akan melihat laut baliku yang berwarna biru tarquise dan pantai keemasan sepulangku nanti, harus mencari teman dan keluarga baru sambil berharap teman dan keluarga ku di Indonesia tetap berdoa buatku, harus rela kehilangan moment moment pertumbuhan keponakan ku Michelle, Ramos dan Syamarel, oh betapa aku merindukan mereka saat ini, meskipun hari ini hanya hari keempat aku ada di Malawi.

Malawi sendiri adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan Indonesia, maksudku SANGAT BERBEDA. Kota Siantar di Sumatera Utara jauh jauh lebih modern dari Lilongwe, ibukota Malawi. Saat ini kalau aku berkata “I am going to the mall” berarti aku pergi kesuatu kompleks pertokoan dimana ada tiga atau lebih toko yang menjual berbagai macam perlengkapan.  Saat ini aku harus berjalan beberapa kilometer menuju halte dan menaiki minibus dimana berbagai macam bau badan bersatu menusuk nusuk hidung sensitive ku, hingga pada akhir perjalanan aku harus menelan satu pil aspirin karena migraine akibat bau bauan itu. Saat ini orang orang memanggilku mzungu girl karena warna kulitku yang berbeda dengan mereka, entah apa yang ada dalam pikiran mereka saat mereka menatapku tanpa expresi namun tajam. Semua ini adalah pilihanku. Berada di tempat ini saat ini adalah pilihan yang aku ambil dari sekian banyak pilihan yang ditawarkan kepadaku. Jadi aku tidak akan complain. Yang terbaik yang bisa aku lakukan adalah memakai waktu setahun di Malawi dengan sangat baik untuk belajar, bertumbuh, berterima kasih, dan menghargai hidup ku terlepas dari apa yang akan aku hadapi di Karonga nanti. Aku selalu percaya ketika aku datang dengan niat baik, hal-hal baik juga yang akan terjadi.

Tagged , , ,

7 thoughts on “Post Perdana, Akhirnya (Malawi)

  1. joeliakim says:

    Oww….dirimu sudah di Malawi ya kanda? Selamat berjuang…..ceritamu menginspirasiku untuk menyadari bahwa pilihan2 hidup ada di depan kita. Menginspirasiku untuk tidak gentar untuk keluar dari kungkungan pilihan2 yang sudah dibakukan oleh orang kebanyakan. tanpa meninggalkan kebebasan bagi kita yang empunya hidup untuk memilih dan menjalani sendiri. Aku mau bebas, bebsar terbang sepertimu kanda. Selamat berjuang, will be missing you…..muaachhh

  2. Jhan Erwin says:

    Nice post sist..keep spirit dont ever lost contak to your family and one must you now keep always u healt and we are always prayer for u sist Gbu.

  3. Rini says:

    Salam kenal. Saya dulu pernah menjadi volunteer, but sekarang saya lah yang dengan tidak sabar menunggu cerita dari teman-teman volunteer. Postingan yang menarik Lili, ditunggu cerita-cerita selanjutnya. Regards, Rini.

Leave a comment