Tag Archives: Bengali

Bermula dari Sebuah Panggilan (Bangladesh)

20110405-133446.jpg

Raiyan Kamal Bhai

Seperti halnya di Indonesia kita punya banyak sekali titel untuk memanggil seseorang seperti :

Gek Marina
Bli Jeff buat cowo di Bali
La Ode Leno biasa di pakai di daerah buton dan sekitarnya
Mas Hasto, doi dari Semarang
Bang Tony biasanya dari Medan atau Sumut dan kalau di ITB dia juga anggota UKSU
Uni Nina, Adiak Ollie makannya pedas dan berkuah santan, setiap ketemu perempatan pasti pengen buka warung padang dan fotokopian
Teh Anouk, Ceu Lea, Mang Iin, Bi Ntat, Kang Ibing Neng Syal: biasanya suka lalapan, suka juga lauk asin dan dulu pisan suka jajan cireng
Mba Yuma, Mba Ermi, suka apa yaaa tapi Mba Yu di depan rumahku di Bukittinggi suka banget tempe bacem dan tahu kecap!

Kata sandang bagi nama-nama di Indonesia seringnya menunjukkan dari mana asal seseorang. Gitu ga seeh ??

Lain dengan Bangladesh,
Untuk wanita yang lebih tua sedikit dari aku, seperti contoh Country Director VSO, semua orang memanggil ” Shahana-apa” atau Sister Shahana, beliau adalah Bengali Islam. Dan officer baru gabung dengan VSO “Sarah-didi” atau Sister Sarah, dia berasal dari kelompok minoritas kristen di bagian utara.

Mitra kerjaku di Chief Circle Office di Rangamati biasa aku panggil “Subrata-dada” keturunan suku Chakma, wajahnya mirip orang burma/thai penganut agama Buddha.

Dan teman couchsurfing dari Dhaka, Computer Scientist yang sangat jenius, yang mangajarkan aku naik Rikshaw pertama kalinya “Raiyan-Bhai” Brother Raiyan, keturunan Bengali Asli, bapak dan ibunya akan pergi naik haji.

Tak beda dengan Indonesia, di sini juga ada masalah laten dengan perbedaan agama, dan dominasi suku mayoritas. Beruntung sekali aku sekarang bisa merasakan menjadi bagian masyarakat minoritas. Berbeda dari tampilan fisik dari kebanyakan orang Bangladesh, aku adalah bagian dari “Adivashi” – non Bengali ethnic, and live within Indigenous People.

Hidup bersama masyarakat Chakma, punya muka yang juga mirip dengan mereka menumbuhkan rasa solidaritas dan pengertian tentang apa yang mereka rasakan.

Aku seperti melihat diriku Nina yang Muslim, dari Indonesia Bagian Barat, dalam posisi mayoritas bengali di sini.

Mudah-mudahan sedikit demi sedikit dengan placement ini, aku benar-benar bisa memahami apa yang sahabatku Jemmy, Diah, dari Biak rasakan selama ini.

Sungguh dunia ini di ciptakanTuhan untuk semua, tidak ada kepentingan sebuah kelompok sebesar apapun dia, yang lebih penting dari kelompok lainnya, tempat dan ruang di bumi ini pasti cukup bagi semua budaya.

Nina Silvia – Indonesian VSO Volunteer in Rangamati Hill District, Bangladesh

Tagged , , , ,